Thursday, December 27, 2007

Kelahiran Yang Utama

Saya membaca postingan seorang "Kakak" yang menyatakan kabar gembira atas kelahiran anak pertamanya. Kaget, bercampur haru biru mengetahui kabar tersebut. Akhirrrrnyaaaaa, mas. Orang tersebut saya persepsikan sebagai kakak, abang, bahkan saya sering memanggilnya dengan sebutan Om.

Finally, Om Cayo get his first baby. AKu belum lihat fotonya sih -karena memang ga ada-. Wah perkembangan Om Cayo cukup progressif juga. Aku terakhir ketemu Om Cayo dua tahun lalu, awal 2006. Itupun hanya 10 menit. Saat itu aku mencoba menengok kantor baru-nya si Om dkk di Jl. Panjang. Sebelumnya aku bertemu dengan si Om di kantornya yang lama, Jl. Palmerah.

Jadi tersenyum sendiri ingat kegokilan si Om, cara menasihatinya, dan tindakan yang, engg cukup radikal mengoreksi tulisanku dengan mencoreti tiap lembarnya. Lorong gedung tua lantai 5, dekat pantry dan WC. Kepulan asap rokok selalu menjadi teman om Cayo kala mengoreksi tulisan.

Kangen sama Om Cayo. heheheh, terutama ingat muka sok seriusnya tapi tidak seimbang dengan selera musiknya, dangdut ala Rhoma Irama. Seingatku seusai makan di warteg yang menyemut di Palmerah, om Cayo mengajakku melihat kaset bekas diemperan. "Bang, kaset Rhoma gue beli dua, ya," Busetttt, Rhoma Irama???? "Emang ada yang salah? Adi MS aja pernah bilang kalau siapapun bisa menikmati musik aliran manapun, termasuk dangdut. Ngga ada yang salah dengan dangdut," ujarnya membela diri. Cieehhhh, si Om. Iya..iya ampun deh om, ojo nesu sik, to. Lha aku mung tekon tok. kekekekeekek.

Ya, ngga ada yang salah sih... cuma lucu aja. Saat itu aku menyadari bahwa Om Cayo merupakan sebuah mahkluk yang cukup kontradiktif, heheheh.

Berikut ini kabar gembiranya:

-----------------Maklumat---------------

Telah lahir anak pertama kami, pada hari Rabu 19 Desember 2007 pukul 09.30 di RS. Sari Asih, Ciledug. Laki-laki

Dengan kelahiran normal. Berat 3,7 kg (besar bo’) panjang 51 cm

Dan anak kami diberi nama :

Parama Angin Selaksa (RAMA)

Parama berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya "yang utama", tapi kami artikan sendiri (hehehe, boleh dong) menjadi yang pertama. Nama ini ditemukan ayahnya Rama dari Kamus Bahasa Jawa Kuno yang dipinjam dari Perpustakaan INTISARI.

Angin Selaksa kami ambil dari novel antara Kabut dan Tanah Basah karya dari Romo BB. Triatmoko SJ, seorang rohaniawan, penulis, sekaligus ahli teknik yang saat ini berkarya sebagai Direktur di Akademi Teknik Mesin Indonesia (ATMI) di Solo. Kebetulan Romo ini pernah menjadi salah satu narasumber ayahnya Rama untuk Majalah INTISARI pada tahun 2004. Dan nama ini ditemukan ibunya Rama yang kebetulan membaca novel beliau.

Agar lebih jelas, arti dari nama itu kami tanyakan kepada Romo Triatmoko lewat email,dan jawaban beliau adalah:

Mas Cahyo ybk,

Angin Selaksa adalah gambaran seorang anak dengan jiwa merdeka mengikuti panggilan hatinya, membangun mimpi-mimpi besar, jujur pada diri sendiri dan hidupnya memancar dari kedalaman batin.

salam

B.B. Triatmoko

Terus terang, kami sebenarnya tidak terlalu mengerti sepenuhnya penjelasan dari Romo Triatmoko. Tapi kami percaya bahwa nama itu mempunyai arti yang baik dan Romo juga sudah memberi “restu”.

Sebagai anak yang dilahirkan oleh orangtua yang menikah secara Katolik, kami juga berencana membaptis Rama, pada saatnya nanti. Nama yang sudah kami pilih adalah: Fabian. Menurut buku Ensiklopedi Orang Kudus, Fabian adalah seorang Paus yang hidup di Roma pada tahun 250.

Maka nama lengkap anak kami adalah: Fabian Parama Angin Selaksa

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selamat menjadi Bapak baru, ya mas. ... Kapan-kapan kutengok deh, Den Rama-nya.


Wednesday, December 05, 2007

This is Mine again

Posting terakhir tanggal 6 Juli 2005. Wooowww. Akhirnya saya mengaktifkan alamat ini kembali. Mengaktifkannya ada rasa haru biru. Membuka kembali lembarannya, mengingatkan pada masa kuliah dulu. Skripsi, Eyang Bandung yang sabar, dan mantan penghuni bilik hati, kembali mengingatkan. Hihiii.lucu ya ketika membaca ulang pikiran kita bertahun-tahun lalu. Ada rasa happy, ceria, serta merindu. Bahkan saya sempat mengepalkan kedua tangan dan saya tempelkan dimulut. Miriplah sama ekspresi anak kecil yang ngiler sama permen atau es krim. Membaca ulang diary kita yang dalam waktu lama tidak pernah dibaca atau dipostring, membuat kita berpikir semakin jernih dan terkikikik. Saya bersama Wini juga sempat kegirangan tak tertahan-sambil menggedor-gedor kubikel sebelah- Finally this is mine again!!

Dan sekarang semuanya telah berubah. Kini saya bukan lagi gadis lugu yang sedang memikirkan skripsi. Saat inipun saya masih mengaggumi Eyang Bandung. Tapi ada penambahan eyang lainnya, Eyang Bandi. Kedua sosok eyang itulah membuat saya semakin menyadari bahwa manusia membutuhkan kerendahan hati, kesahajaan, dan kearifan lokal.

Dikedua kaki yang sama saya berdiri. Perbedaan jam, waktu dan hari bisa membuat langkah kaki menuju tempat berbeda. Itu juga yang membuat kicauan saya di blog lebih berwarna. Uggghh, Riri yang sekarang ternyata cukup berbeda dengan Riri si gadis ingusan dua tahun lalu. Dua tahun lalu, saya masih merindu. Iya, merindu pada lelaki gempal, halus dalam perkataan, tapi kami terpaksa dipisahkan dengan sekat keyakinan. Saya tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Do wish you luck, friend.

Ternyata saya harus menjalani semua itu, ya Allah.

Blog ini memang tidak banyak bercerita mengenai segala gusar, sumringah, kesal, umpatan dan marah saya. Semua itu banyak tertuang di http://riris.blogdrive.com .

Menuangkan ide-ide yang berkelebatan dalam pikiran, membuat saya menemukan tempat refleksi yang tepat. "Sabar, mas. Aku nulis blog dulu ya. Bisa bikin kita hidup lebih hidup,"ungkap saya pada Koordinator Liputan.

Welcome to my blog, my stories, and my path of life.