Wednesday, November 24, 2010

obrolan siang

Dalam status YM-nya, mas Bayu menulis; I love you. hope you love me too. Don't cry for me....

lalu secara iseng saya menyapanya: "lagi jatuh cinta-yaaa..."
dalam jarak yang terentang, dia menulis: "wah seharian cuma komentarmu yang paling menarik dan jitu,"
lalu dia bilang, teman-teman lainnya mengira dia sedang melow dan bahkan bertanya sebetulnya apa yang terjadi.

Usut punya usut ternyata itu adalah bagian dari lirik lagu Don't Cry for me Argentina.
namun pembicaraan kami berlanjut pada masalah pernikahan. "hayo mas Bayu kapan menikah?? atau aku ya yang ketinggalan berita %$%^&^&&

Lalu dia malah balik bertanya, kapan saya sendiri melepas lajang. dengan penuh optimisme saya bilang, insya Allah tahun 2011. seperti tidak yakin, mas Bayu kembali menanyakan memangnya calonnya sudah jelas. lalu saya bilang kalau saya belum tahu siapa Si Pangeran Kodok itu. "Tapi kalau kita meyakini tahun depan punya jodoh, dengan kekuatan pikiran dan doa, "the universe" akan mendukung kita. insya Allah bisa menikah,"tuts keyboard berdetak merangkai kalimat itu.

tak lama kemudian, obrolan kami berhenti. entah mungkin dia jengah dengan pertanyaan sekaligus pernyataan saya tadi. dan dia offline.


untuk mas Bayu, dulu saya dan teman-teman kampus mengenalmu sebagai lelaki kharismatik yang cool, cerdas dan bersahaja. saya doakan perempuan terbaik dalam hidup-mu.

kendali diri

Hari ini seharusnya saya panik.harusnya saya marah.harusnya urat nadi saya berdetak lebih kencang dan harusnya dada saya sakit mengingat kejadian siang tadi. Tapi yang ada, saya malah tersenyum,tenang dan malah berkata dengan santai pada salah seorang manajemen yang saya kirimi e-mail dengan nada peringatan.

Alhamdullilah saya mampu melalui semuanya dengan tenang. ini agak berbeda dengan sosok saya beberapa tahun lampau. saya mudah panik, mengeluarkan kata keras dan pedas.cemberut dan gerak tubuh saya sradak sruduk.

kok bisa ya ada perubahan sedemikian drastis.

mungkin memang ada baiknya dulu saya pernah sebegitu buruknya punya perilaku. kalau tidak begitu saya gak akan belajar menjadi pribadi yang lebih baik. sementara ini memang sudah mulai bisa mengelola emosi: kalau sedang beruntung-tidak terlalu bungah. sedangkan kalau sedang buntung: juga gak terlalu bersungut-sungut.

memang masih agak sulit mengendalikan diri. tapi akhirnya saya ingat perkataan seseorang bahwa berat-ringannya persoalan, tergantung dari bagaimana cara kita memandangnya. hal-hal kecil bisa menjadi satu persoalan besar ketika kita membesar-besarkannya. kalau anak gaul sekarang bilang: lebay :)

Thursday, November 11, 2010

zona nyaman

Ini cuma masalah berani atau tidak. berani untuk keluar dari zona nyaman dan tegar untuk mau susah. "ah kalo lu jadi pengusaha, segagal-gagalnya, paling cuma dua taonan. abis itu insya Allah bisa bangkit,"ucap Edoy tetangga kubikel saya.

dus dia masih menganalisis. gak ada ruginya jadi pengusaha. karena kalaupun gagal, kita masih bisa balik ke orang tua atau sodara. atau apes-apesnya hubungan kita yang tidak harmonis dengan keluarga, masak iya sih gak ada teman karib yang mau nolongin. tokh, kita belum ada tanggungan anak.

Benang merahnya sama: pasti ada banyak jalan berwirausaha. jadi ingat hadis yang mengatakan: sembilan dari sepuluh pintu rejeki berasal dari berdagang. hmmmmm. menggiurkan.

salah satu Paman saya pernah mengatakan: "lu inget-inget niih. gak semua keuntungan dagang berupa uang. misalnye lu jualan telor. bisa jadi telor ketemu telor. ape sebab? ada saatnye telor lu itu belum laku. daripada kadaluarsa, telor bisa dimasak atau dibikin buat bikin kue. kuenya dijual,"ucapnya berapi-api.

jadi, kapan saya berani keluar dari zona nyaman?

Tuesday, November 09, 2010

Dunia ditangan, akhirat dihati

"tuh orang kaya banget. tapi kira-kira bahagia, ngga ya??,"ucap salah seorang kawan karib saya setiap berhadapan dengan sosok pengusaha suskes.
lucu juga ya. kenapa dia selalu mempertanyakan itu. "Ah lu aja yang sirik dan gak mampu seperti dieee,"ucap saya nyerocos..

tapi setelah dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga pertanyaan tadi. kita sebagai manusia cenderung mematok ukuran keberhasilan pada orang lain yang lebih berkecukupun. patokan itu semakin meningkat kala kita menemukan sosok orang yang lebih kaya. begitu seterusnya. lelah. capek mata karena kadang kita terlalu silau dengan gemerlapnya harta. juga sekaligus capek hati mengingat ketiadaan rasa syukur pada apa yang dimiliki.

jangan salah. saya juga seringkali merasa demikian. sibuk berkarir, meluaskan jejaring dan berusaha menambah pundi-pundi uang melalui berdagang. semua itu beralur cepat dalam hidup sampai suatu ketika saya mendengar tukang cuci dikos berucap syukur alhamdullilah saat Ia bisa makan sahur hanya dengan segelas teh manis saja.

sontak saya memburunya dengan pertanyaan: "trus ibu gak laper siang-nya? trus Ibu kuat? beneran, Bu?" hanya senyum simpul yang diatunjukkan. "yah abis mau makan apa lagi neng Ibu-mah syukurin aja makanan yang ada. Dikasih orang, syukur. gak dikasih juga kagak apa-ape,"ucapnya dengan logat Betawi yang kental.

Dari sana ingatan saya kembali disegarkan. terkadang saya terlalu menuntut diri untuk meraih A-B-C dengan kalkulasi logika. kalau kita meraih dunia dengan segenap kekuatan daya dan pikiran, apa yang kita inginkan pasti terengkuh. padahal ada banyak variabel yang membuat keinginan kita itu akhirnya tandas. Jangan sampai ketika ingin meraih dunia, kepentingan akhirat terlupakan.

Berpikir logis itu adalah keharusan. Hanya saja tidak bisa semua dihitung dengan materi. hal yang tidak bisa dihitung itu adalah kebahagiaan. ohh, jadi ini maksud dari ungkapan seorang sahabat hati yang mempunyai motto hidup: "Dunia ditangan, akhirat dihati,"

senang-bersalah

Hari ini saya senang-sekaligus bersalah. senang karena bersua kembali dengan sahabat karib semasa di Jogja. sekaligus bersalah karena walaupun sudah dua tahun belakangan ini dia tinggal di ibukota, kami jarang bertemu. berulang kali dia meminta saya menyambanginya. namun karena alasan klise seorang pekerja, saya selalu menampik tawarannya. "halah mbok nginep nang apartemenku, cik. tante-ku ra ono,"ucapnya yang setahun belakangan ini memanggil saya dengan sebutan: Cik!. kemudian saya kembali menolak dengan segudang alasan.

rasa bersalah itu bertambah ketika malam ini saya membaca blog-nya yang pernah kami buat bersama tahun 2005-2006. saat itu kami masih kuliah. demam blogger begitu kencangnya menerpa anak perkuliahan. setelah kepindahan saya ke Jakarta, Ia mempercayakan kata kunci blog-nya pada saya. "Ra popo, mbak, ben blog-ku nggenah ae,"ulasnya. Ia sengaja memberikan kata kunci tersebut untuk saya benahi desain-nya.

saya tak menyangka sahabat karib saya itu tetap rajin menulis. bercerita tentang sahabat karib kami lainnya, teman-temannya dikantor, sampai masalah percintaannya. Saya kagum sekaligus menyesal. ternyata ada banyak cerita yang tidak saya tahu. saya absen mengunjunginya. saya alpa menghubunginya. saya sempat terlupa kalau masih memiliki sahabat "gojek-kere". satu harapan dihati, mudah-mudahan kepekaan hati saya tidak tumpul.


maafkan saya Cece.namun satu hal yang pasti, rasa sayang itu tetap ada buat-mu.