Friday, February 01, 2008

Selamat Datang Air Bah

Hujan semalaman selalu mampu membuat Jakarta dan sekitarnya luluh lantak digenangi air. Mau kesanalah, ga bisa. Mau kesinilah, air sepaha menghadang. Kantor cukup terguncang dengan banjir hari ini. "Mas Moko harus empat setengah jam dijalan dalam perjalanan Bekasi-Tanah Abang, Ri,"cerita mbak HBR.

Tak kalah serunya cerita bang Opik. Dengan nada datar, bang Opik cerita kalau dia harus merelakan celana jeans belel en sepatu kesayangnnya harus basah melewati Bundaran HI sampai ke Jl.Budi Kemulyaan. Jalan kaki! "Ya abis gimana lagi. Bus gue udah ga bisa jalan. Lo bayangin aja airnya sampai ke pinggang," tutur Bang Opick.

Lalu saya juga mendengar dari Sekred kalau "our lovely supervisor", terjebak di Bandara Cengkareng sepulangnya dari Jepang.

Sedangkan saya? Untungnya kos dekat kantor. Lebih untung lagi, jalan menuju kantor berada dilahan yang agak tinggi. Ditambah lagi sekitar 50 M dekat jalan raya, ada sungai yang mengaliri air dari Bendungan didekat Tomang. Debit air masih terkontrol.

Berdasarkan pantauan lewat media elektronik, debit air di pintu air Katuampa, Bogor, kurang dari 100 cm. Kalau debit airnya melebihi itu, maka dipastikan Jakarta akan terasa mendapat kado air bah seperti tahun lalu.

Tepat setahun lalu banjir besar melanda Ibukota. Pemerintah beralibi bahwa banjir tersebut adalah banjir lima tahunan. Banjir secara periodik tersebut seharusnya dianggap sebagai suatu kewajaran. Lha, sekarang banjir yang diprediksi berlangsung paling tidak sampai hari raya Imlek, mosok dianggap banjir lima tahunan?

Macet dimana-mana sudah jadi konsekuensi pertama. Tata lalu-lintas jadi saling terkangkangi. Antara satu kendaraan dengan lainnya saling menelikung. Banyak rumah warga yang harus dimatikan aliran listriknya. Setidaknya untuk malam ini saja sudah ada lebih dari 1.500 rumah yang dipadamkan aliran listriknya.

Katanya ada Si ahli banjir. Manna? Mannna? Buktikan dong kalau Anda benar-benar memahami tata ruang kota. Janji kampanye sebagai ahli banjir hanya dijadikan tameng keunggulan Pilkada. "Itu salah kontraktornya. Kerja kayak gitu ngga bener itu." hallah.

Kemudian Anda berkelit lagi: "Kalau perlu, suruh kerja bakti memperbaiki. Itu ‘kan kewajiban dia (kontraktor). Masak baru banjir begitu ditinggalin saja," ujar Anda yang cukup kelabakan.

Sudahlah Bung Foke. Jangan lantas berkilah ini dan itu. Kalau merasa tidak mampu menjalin persahabatan dengan alam, jangan lantas mencap diri sebagai Si ahlinya banjir. Sekarang sudah terlanjur banjir dan tergenang. Mudah-mudahan Anda tidak bingung ....dan...lantas tidak tahu apa yang mesti dilakukan.

No comments: