Friday, May 23, 2008

Vertigong-Harmoni Benturan Dua Kutub


Foto: koleksi Kua Etnika

Apa jadinya kalau orang Jawa tulen main Jazz? Sesungguhnya bukan itu maksud pertanyaanya. Kalau boleh saya ralat pertanyaannya akan menjadi: Apa jadinya kalau ada dua aliran musik dari dua kutub Timur dan Barat dipersatukan sebagai sebuah kolaborasi? Hasilnya adalah sebuah benturan yang menciptakan harmoni.

Itulah kesan saya saat menonton konser Kua Etnika dalam tema: Vertigong-Orang Jawa Main Jazz di Taman Ismail Marzuki, 8 Mei lalu. Ketika pertama kali mengetahui ada kabar Kua Etnika-selanjutnya disebut Kua Et- manggung di TIM, whuah, suennneng banget. Akhirnya saya bisa menonton lagi Kua Et setelah selama 3 tahun absen. Di Jogja-lah saya menonton Kua Etnika secara perdana. Saat itu kebetulan sedang liputan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) tahun 2005.

Rasanya hati ini bergemuruh, gegap gempita menyambut Kua Et. Lampu di balkon padam. Seluruh perhatian penonton tertuju pada sekelompok orang yang sedang memainkan gamelan. Jangan heran melihat flute, biola, keyboard dan drum sebagai partner penyeimbang lantunan kendang Jawa, kendang Sunda, saron, reong, dan gong. Ya begitulah kalau orang Jawa main Jazz. Alunan gending Jawa masih menjadi benang merah atas komposisi aransemen.

Saya rasa selain menampilkan kualitas bermusik dari sanggar yang didirikan oleh Djaduk Ferianto, Butet Kertaredjasa dan Purwanto itu, Kua Et juga mampu menyuguhkan dagelan. Itulah yang sesungguhnya saya dan penonton di auditorium TIM cari.

Simak saja misalnya seperti: "Berhubung saya sudah pasrah pada negara ini dan pada orang-orang di Parlemen...maka saya akan berhenti memakai Saxophone. Saya lebih suka sax (baca: seks) ketimbang Saxophone,"ujar Djaduk dengan suara datar syahdu. Ia duduk bersila sembari ditangan kanannya memegang Saxophone. Tanpa ragu penonton riuh rendah tertawa. Malahan ada penonton yang bertepuk tangan. Kelakar khas anak dari seniman sohor Bagong Kussudiardja itu mengingatkan saya pada lelucon yang sering disampaikan Bill Saragih semasa ia hidup. Leluconnya mirip....persis. Tapi tak membuat orang yang mendengarnya bosan. Malam itu Djaduk merupakan bintang tamu bersama Trie Utami.

Atau dagelan lainnya misalnya terlihat spontan dan terkesan alami seperti ketika mereka berjajar memainkan nada yang dihasilkan dari tepuk tangan. Nada yang dihasilkan dari tepuk tangan itu menyajikan ragam nada baru dari genre pakem musik formal. Ketika sedang memainkan nada, ada salah satu personilnya yang "salah" bertepuk tangan. Sehingga bila nada yang dia hasilkan dari tangannya digabung dengan nada yang dihasilkan dari tangan teman lainnya, akan menciptakan rangkaian nada yang lucu. Lagi-lagi penonton terpingkal-pingkal.

Intinya menonton Kua Et adalah have fun dan main-main. Betul apa yang dikatakan oleh Purwanto ketika ia menyarankan pada penonton ketika diawal acara supaya tidak terlalu serius memaknai pentas malam itu. "Ojo serius-serius,"ungkap pentolan Kua Et yang sekarang lebih banyak diminta bantuannya mengelola Kua Et. Memang tidak perlu mengernyitkan dahi sambil menopang dagu tanda ekspresi berpikir. Tidak seserius itulah. Tapi penonton tidak lantas sibuk mengobrol dan berisik. Ketika drum mulai diketukkan dan berdentam, bonang, saron, gong mulai didengungkan, seketika itu jua penonton seolah tersihir. Mata mereka menatap lekat Purwanto dan kesembilan kru lainnya menabuh gamelan.

"Di dunia ini cuma mas Purwanto-lah yang mampu menabuh sembilan bonang dalam waktu bersamaan,"ucap Trie Utami. Memang saat itu Purwanto berada ditengah-tengah sembilan bonang. Lelaki gondrong kelahiran Gunung Kidul, 12 Januari 1967 itu menabuh Bonang dengan penguasaan lihai. Suara tabuh yang terdengar menunjukkan bahwa penabuhnya sudah sangat dekat dengan alat musik itu.

Malam itu sungguh menjadi penawar atas kekangenan saya akan ruang eksplorasi mendalam yang mempertemukan musikalitas dan dialog-dialog spontan yang "ndeso". Kua Et berhasil mempertemukan musik tradisi dan musik modern dengan selingan banyolan segar.

Kua Et merupakan klangenan. Hal-hal seperti itulah yang seringkali membuat saya selalu ingin pulang ke Jogja.

Thursday, May 22, 2008

Melawat Puspi dan Dedek Bebeh





Pada masanya, semua akan berubah...dan semua akan terjadi secara indah pada waktu-nya. Cece, seorang sahabat seringkali berkata demikian. Menurutnya, ungkapan itu termaktub di dalam salah satu ayat di Injil. Tapi saya lebih meyakini bahwa hidup memang merupakan serangkaian panjang serpihan yang disatukan. Tidak ada satu serpih-pun yang sia-sia. Tidak ada suatu peristiwa sekecil apapun yang terjadi secara kebetulan. Semuanya bermakna. Ada seorang sahabat maya, tempat saya belajar hidup, pernah menuliskan di dalam blognya bahwa hidup ini merupakan bentuk rekayasa ilahi.

Sesungguhnya saya tak mau berfilosofi kali ini. Namun, sontak ingatan seperti ditarik-tarik untuk menguraikan masa lalu. Terutama dengan Puspa, sahabat SMA di Cilegon.

Ada suatu keharuan yang sangat ketika saya mendapatkan kabar undangan pernikahan Puspa. Undangan berwarna hitam itu diantarkan sendiri ke rumah saya di Cilegon. Bapak yang menerima undangan itu. Sungguh saya terharu dan kaget. Sampai-sampai harus memastikan pada Ibu: "Puspa yang mana, Bu?"

Setahun terlewati, ga terasa tiba-tiba saya mendapat kabar bahwa saya sudah punya ponakan. huaaahhh, keponakan geto loch. Salah satu kebahagian dalam hidup ini menurut saya, selain menjadi seorang Ibu adalah menjadi tante bagi keponakan kecil-nya. Maklum, kakak kandung saya sendiri belum menikah. Jadi, jangan pernah membuang kesempatan mempunyai ponakan dari teman dan sahabat.

Saking girangnya ketemu Puspi-panggilan kesayangan saya pada Puspa-emosi saya keknya meluap-luap seperti sungai Ciliwung.wekekeekek. "Ya ampun Ri..suara kamu itu lo, kayak suara orang serumah,"ledek Yulis teman SMA kami. Saya hanya nyengir kuda. Puspi cuma bisa tersenyum melihat tingkah teman-temannya yang saling ledek. Si dedek bebeh yang pada bulan lalu baru berumur sebulan hanya bengong melihat saya. Matanya tak lepas memandangi saya. Kepalanya gundul dan mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Mungkin si dedek bebeh itu terheran-heran lihat makhluk aneh nan unik seperti-ku. "Kok Bunda-ku bisa punya sahabat kayak gini, ya?"mungkin simpul saraf otak halusnya mulai mencerna pikiran seperti itu. ;)

Melihat Puspi yang sangat keibuan mau tak mau mengingatkan saya pada memori ketika SMA dulu. Walaupun sudah tujuh tahun berselang sejak kami lulus SMU, namun sampai ketika saya menengok Puspi, ada rasa tidak percaya: Puspi punya jagoan kecil !!! "Wajar-lah Ri. Kita kan lulus SMA udah lama banget,"ucapnya sambil menimang dedek bebeh yang ga mau tidur kalau ga digendong.

Mata saya juga tak pernah bosan menatap Puspi yang cukup sibuk mengurus "mainan baru-nya". Apakah itu harus mengganti popok-nya, mengatur temperatur AC dikamarnya, sampai menerima tamu yang memberikan selamat atas ekahan anak pertamanya. "Waktu dokter bilang saya harus melahirkan dengan operasi Ceasar, saya langsung menangis,"ungkapnya sembari memandang lembut buah hatinya yang tertidur.

Saya tak mungkin lupa akan persahabatan kami. Dulu Puspi cukup sering menjalin rambutnya dikepang dua kanan dan kiri. Saya sering menarik-narik rambutnya. Kami berdua kerap kali lari pagi bersama. Lucunya, dia malah kepingin agar betis kakinya berbentuk menggunung seperti pelari. Sedangkan saya justru sebaliknya. "Kok lo aneh, si Pus. Gue malah gak mau. Soalnya udah kayak betisnya tukang becak..he.he, masak mau digedein lagi. Kayak tales Bogor dong,"ucap saya.

Ada banyak peristiwa yang sudah kami lalui bersama. Sungguh saya belajar banyak hal darinya. Terutama pelajaran budi pekerti pada Allah dan Orang tua. Pernah pada suatu sore ketika kelas 2 F, kelas kami waktu SMU, ingin mengadakan foto bersama. Puspa menolak untuk ikut. "Aduh maaf deh, gue ga bisa ikut. Gue ada jadwal mengaji di rumah. Sorry ya,"ucapnya setengah memelas. HAH???? Saya kaget sekaligus takjub. Mengaji??? Setengah mati saya membujuk untuk absen satu kaliiii aja. Tapi itulah Puspi. Dia merelakan waktu hura-hura dan ketawa-ketiwi demi memperoleh kebahagian yang lebih hakiki.

Itulah yang membuat saya hampir meneteskan air mata melihat perjalanannya dari dulu sampai sekarang. Kini si bungsu itu sudah menjadi Ibu yang cantik fisik dan hati. Kesabarannya memeras ASI setiap dua jam sekali mampu membungkam mulut saya. Keriangan serta hingar bingar pesta syukuran ekahan si dedek bebeh itu seolah menjadi sunyi senyap. Dalam hati kecil, saya hanya bisa mendoakan supaya Puspi dan keluarga kecilnya itu diberikan yang terbaik.

Sunday, May 18, 2008

Connecting The Dot

Did you ever thought that life is like a circle which consist of so many dots ?
Did you ever thought that even a dot will give some precious meaning in our whole life?

I did...I thought of it yesterday...
Somebody told me for not to underestimate our life...
Just simply enjoy, do and give the best of whatever you have done and you'll do. Just saying to GOD: Alhamdulliah for whatever we already get.

"Riri, don't you think that when we go flash back of our life, it seems we watch movie of our life. All the things we've done is just a million of connected dots. That's what we are now!," said someone.

Yeah, you're right friend...Life is like trial and error process. Do the best and after that says: Alhamdullilah. When we beleive that somehow to get happy ending life.

Tuesday, May 06, 2008

Malam sekian puluh ribu

Akhirnyaaaa...

Hanya kata itu yang saya pekikkan dalam hati. Iya, akhirnya eyang uti dan eyang Kakung melangsungkan syukuran pernikahan ke 62 tahun. Wow. Buat saya sendiri angka itu cukup ajaib. Walaupun saya tahu prosesnya tidak ajaib. Pasti..pastii mereka berdua harus mengarungi jalan terjal yang kadang merenggangkan kaitan lengan mereka dan membuat hampir terjatuh. Itulah yang pernah dialami oleh setiap ikatan pernikahan. Ada bahagia dan ada muram kala harus menghadapi kenyataan hidup yang tidak begitu ramah.

Hehe..hee, tapi yang bikin saya mesam-mesem sendiri adalah ketika menjelang kepulangan saya kembali ke Jakarta di ruang makan. Setelah pada pagi hari dilangsungkan syukuran pernikahan, malam harinya saya harus bersiap untuk pamit pulang. Meja makan di Jogja berseberangan dengan kamar eyang. Pintunya terbuka. Saya kaget dan merasa surprise ketika melihat seprei kasur eyang berwarna pink bebungaan. Ngejreng bok!! GAUL ABIS. Selama empat tahun saya tinggal dengan eyang, dan selama ini saya bolak-balik Jogja-Jakarta, saya tak pernah sekalipun melihat eyang memasangkan kasurnya dengan seprei bebungaan. Keknya paling cocok untuk seprei bulan madu manten anyar deh. wakakakakaka.

Yang lebih bikin geli lagi jam 20.00, pasangan nenek dan kakek itu sudah mulai beranjak ke peraduan. Backsound-nya alias original soundtrack untuk malam sekian puluh ribu itu adalah uyon-uyon. Uyon-uyon merupakan lagu atau gending khas Jawa Tengah. Duh, bener-bener bikin terharu. "Aku ngantuk.kesel,"ungkap eyang Uti dengan raut wajah kecapaian. Seharian ia menerima ucapan selamat dari kerabat dan tetangga.

Ternyata ide seprei pink itu berasal dari Budhe, menantu eyang paling tua. Siip deh. kreativ banget. Ciehhh, Eyangggg. Jadi pengen, uhuks. *hushhh*

Semoga eyang bisa lebih sabar momong cucu. Terutama cucu-nya yang satu ini yang pemalas dan tukang kelayapan. hihihiihi ;)

Harga BBM naik

Harga BBM naik. Semua harga komoditas ikutan melonjak tajam. Hari ini SBY-JK memperkirakan kenaikan mencapai 27.5 %. Harga minyak tanah bisa mencapai Rp. 7 ribu/liter. Kasihan Nenek Poni. Dagangan combronya dipastikan tidak akan untung banyak. "Ya, udah Nek. Harga combronya dinaikin aja. Teman-teman kantor ga masalah kok. Mereka pasti mengerti kenaikan BBM,"ujar saya sambil memakai kaus kaki sebelum berangkat dari rumah kos.

Lagi..lagi nenek Poni masih ragu. Akhirnya kata TIDAK dan HARGA TETAP masih dipertahankannya. Harga combro-nya tidak akan naik dan masih tetap seperti harga semula. "Oalah, mbakk. Mesakke wong kantoran,"cetus nenek Poni sambil menyetrika. Raut mukanya masam mendengar kenaikan harga BBM yang rencananya akan naik. Baginya untung dua ratus sampai tiga ratus perak dari hasil jualan setiap combro, misro, kacang dan pisang goreng, merupakan suatu keuntungan yang sangat lumayan.

Bolak-balik saya menyarankannya untuk menaikan harga gorengan yang sekarang dibanderolnya Rp. 1.000/buah. Harga segitu sebetulnya sudah murah banget mengingat harga sembako dan minyak tanah di Jakarta lebih mahal ketimbang daerah lainnya.Sampai saat ini nenek masih membuat gorengan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah.

Miris juga setiap saya akan berangkat liputan kemudian mendengar kelangkaan minyak tanah. "Tukang minyak tanah wis ora teko maneh, mbak,"ucap nenek. Kalau udah begitu, dagangan diproduksi menunggu datangnya tukang minyak tanah gerobak yang tempo-tempo berteriak diluar rumah dan tempo-tempo tak bersuara sama sekali. Sunyi senyap, sesenyap nihilnya dagangan dijual.

Tapi Nenek Poni masih tetap semangat kok. Semangatnya berjualan demi menghidupi anak cucu-nya di Ponorogo masih berkobar.

"Kenapa ngga lo saranin aja pakai tabung gas. Murah kok, tabung 5 Kg cuma Rp. 16 ribu,"ungkap seorang sahabat. Saya sebetulnya pernah menyarankan hal yang sama. Tapi itu berarti ia harus membeli kompor gas. Lagi..lagi biaya besar. Saya tak sampai hati menyarankannya lagi. "Yahh, mbak aku ki dodolan gorengan lha mung iseng thok, kok. Nek ra ono bahan, yo ra popo, ra dodolan,"cetus Nenek pasrah.

Iya, nenek...nanti kita cari jalan lainnya, ya Nek. Mudah-mudahan Nenek bisa tetep jualan dan masih ada untungnya.

Monday, May 05, 2008

Jangan mudah menyerah

Kalau hati lagi gundah, disetiap kesempatan pasti selalu ada "invisible hand" yang mau menolong atau setidaknya mendengar keluh kesah kita.

Atau setidaknya cukup dengan SMS bisa menjadi penguat asa.

Ada beberapa SMS yang saya pikir itu masuk dalam kategori penyemangat.

"Hidup ini penuh dengan tantangan dan halangan. Jika Anda jatuh janganlah mudah menyerah. Bangunlah dan katakanlah, :" sopo iki seng dorong-dorong"

....

"Even u're tired, take a second time to smile and care...Happy Val's day, Riri"

...

Friday, May 02, 2008

Siluet mimpi

Saya memimpikan dia.
sangat jelas.
kami akan menuju tempat yang sama.

Rambutnya keriting dan gondrong
melekat disandaran jok kursi penumpang.

Kacamatanya....

Saya tahu siapa dia.
Bahkan saya melafalkan namanya dengan jelas.
Nama itu sangat sesuai dengan namanya dikehidupan nyata.

Namun sayang, saya tak mengenalnya...

aneh
apa lagi ini
semuanya bukan hanya imaji
seperti siluet
sebuah pertanda
kini saya
tak bisa
...
...
tidur

Telepati

Telepati adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indera. Anda cukup memikirkan sebuah pesan pada teman Anda, dan maka teman Anda akan menerima pesan Anda dalam pikirannya. Cukup Anda memikirkan ingin makan menu tertentu, pelayan restoran langsung tahu dan membawakan menu itu ke hadapan Anda tanpa perlu bercakap-cakap. Inilah cara berkomunikasi paling efektif dan efisien yang bisa dilakukan orang, seandainya saja setiap manusia dimuka bumi bisa melakukannya dengan sadar.

Dalam film-film populer, telepati digambarkan begitu fantastis. Antara dua orang mampu saling bercakap-cakap tanpa perlu berbicara. Jika Anda memperoleh informasi telepati dari seseorang, orang itu seolah-olah berbicara pada Anda. Jadi, Anda seperti benar-benar mendengar suaranya dalam pikiran Anda. Namun, tentu saja telepati tidak sespektakuler yang digambarkan dalam film populer. Kebanyakan informasi yang disampaikan dalam telepati hanyalah gambaran-gambaran singkat.

Bayangkan kasus berikut. Tatkala sedang nonton bola bareng teman-temannya, Mimo (bukan nama sebenarnya), tiba-tiba merasa gelisah. Ia merasa harus segera pulang ke rumah. Ia khawatir dengan ibunya di rumah. Namun ia memutuskan untuk mengabaikan rasa gelisah yang tiba-tiba menyergap itu. Lama kelamaan, ia semakin gelisah dan akhirnya memutuskan pulang. Ternyata, dirumah sang ibu dalam kondisi pingsan. Sebelum pingsan, menurut bapaknya, ibunya berulang kali menyebut nama Mimo. Pertanyaannya, apakah fokus perhatian ibu Mimo kepada Mimo lantas serta merta mengirimkan informasi telepatik kepada Mimo? Jawaban populer mengatakan ya. Mimo gelisah karena mendapat informasi telepatik dari ibunya.

Bayangkan kasus kedua berikut. Ruang kuliah saat saya sekolah dulu ada berada di lantai dua dan tiga di sebuah gedung. Dilantai bawah ada bangku tempat duduk-duduk. Tiba-tiba saya ingin pergi ke bawah dan duduk-duduk di sana. Nah, ternyata di sana duduk-duduk beberapa orang teman yang sedang membicarakan saya, entah dalam hal apa. Lalu salah satunya berseru, “panjang umur kowe, bar diomongke njedul!” (panjang umur kamu, baru saja dibicarakan lalu muncul). Pertanyaannya, apakah saya mendapatkan informasi telepatik dari teman-teman sehingga terdorong untuk turun menemui mereka dibawah? Bisa ya, bisa juga tidak. Yang pasti, mereka memang memikirkan saya (dengan membicarakan saya). Nah boleh jadi, pada saat itu terjadi transfer informasi telepatik dari pikiran mereka ke pikiran saya sehingga saya ingin ke bawah.

Kasus seperti di atas adalah kasus umum yang sering dilaporkan orang. Mungkin Anda juga sering mengalaminya. Baru membicarakan seseorang, eh, tiba-tiba orang itu muncul. Secara populer, bisa saja dijelaskan bahwa pada saat Anda membicarakan teman Anda, lantas terjadi saling transfer informasi telepatik antara Anda dan teman Anda. Oleh karena itu, secara tidak sadar teman Anda terdorong untuk menemui Anda. Sebaliknya bisa saja terjadi. Teman Anda memikirkan untuk menemui Anda. Saat menjelang sampai, ia berpikir “ada dirumah enggak ya?!” Nah, saat itu mungkin saja terjadi transfer informasi telepatik dari pikirannya ke pikiran Anda. Lantas Anda jadi membicarakan teman Anda itu. Jadi, tidak mengherankan jika ia muncul saat Anda sedang membicarakannya.

Belum ada bukti bahwa kedua kasus diatas melibatkan telepati. Keberadaan telepati hanyalah alternatif penjelasan yang perlu pembuktian lebih lanjut.

Kebanyakan kasus telepati yang dilaporkan orang terdiri dari dua hal mendasar, yakni telepati terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki hubungan dekat (misalnya antara suami dan istri atau ibu dan anak), serta dalam situasi berbahaya. Ambil contoh kasus pertama diatas. Ibu Mimo terpeleset di kamar mandi. Untuk sesaat dalam kondisi sangat kesakitan, ia sangat kuat memikirkan Mimo. Ia mungkin berpikir tidak akan lagi bisa melihat Mimo. Oleh karena itu, secara bersamaan Mimo menerima telepati dari sang ibu. Mimo menjadi gelisah, memikirkan sang ibu dan terdorong untuk pulang ke rumah.

Menilik kasus seperti di atas, telepati mungkin memiliki fungsi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Sekurang-kurangnya ia menjadi alat komunikasi terakhir untuk meminta pertolongan dari orang lain saat Anda terancam bahaya. Opini populer mengatakan “Saat terancam bahaya dan butuh pertolongan, pikirkanlah dengan konsentrasi penuh tentang seseorang yang dekat dengan Anda, serta memiliki peluang menolong Anda. Jika Anda beruntung, ia akan datang menolong Anda.”

Telepati bukan hanya pertukaran pikiran, tapi bisa juga pertukaran emosi. Contohnya, kegelisahan ibu Mimo ditransfer ke Mimo. Akibatnya Mimo merasa gelisah. Telepati juga sering terjadi dalam pikiran tidak sadar ketimbang dalam pikiran yang sadar. Kedua kasus diatas terjadi telepati dalam pikiran sadar. Namun, bisa saja terjadi telepati ibu Mimo sampai ke Mimo saat Mimo dalam kondisi tidur. Mimo jadi memimpikan ibunya.

Telepati dipercaya melibatkan fisiologis tubuh. Tidak semata-mata pikiran yang bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menyampaikan sebuah informasi telepatik kepada orang lain, terjadi perubahan fisiologis dalam diri pengirim. Pada saat seorang pengirim pesan diminta berkonsentrasi memikirkan penerima pesan, respon kulit galvanik atau GSR, yang merupakan detektor alamiah terhadap stres psikologis dalam diri seseorang, meningkat. Pada saat relaks, GSR-nya kembali menurun.

Penelitian di laboratorium tersebut juga menunjukkan bahwa pada saat pengirim pesan berkonsentrasi pada penerima pesan, dimana terjadi peningkatan GSR, penerima pesan juga mengalami kenaikan GSR. Saat pengirim pesan dalam kondisi relaks, secara otomatis, GSR penerima pesan juga ikut menurun. Padahal, penerima pesan tidak tahu apakah pengirim pesan sedang berkonsentrasi atau sedang relaks. Jadi, secara fisiologis, penerima pesan merespon perubahan fisiologis pengirim pesan. Dengan kata lain, Anda bisa mendeteksi usaha seseorang ketika sedang mengirimkan sebuah pesan pada Anda.

Pendeteksian telepati melalui fisik tubuh kadang disebut juga pembacaan otot (muscle reading). Jika Anda bisa melakukannya, maka cukup dengan menyentuh tubuh seseorang, maka Anda akan tahu apa yang dipikirkan orang itu. Dalam dunia hiburan, kemampuan ini sangat menarik perhatian. Anda menyimpan kartu tertentu dalam baju Anda tanpa diketahui oleh sang mentalis (orang yang melakukan manipulasi telepati untuk tujuan hiburan). Lalu sang mentalis memegang tangan Anda dan menebak kartu apa yang Anda simpan.

dikutip dari http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/telepati.html



*Kekuatan telepati memang dahsyat. Beberapa jam lalu saya menelpon teman akrab saya yang sudah dua bulan tidak bertelepun ria. Maksud saya menelepunnya untuk mengajaknya nonton Kua Etnika di Taman Ismail Marzuki pada hari Kamis mendatang. So??? "Ya, ampun Riii, barusan aja aku mau menghubungi kamu. Pingin ngobrol sama kamu lewat YM. Mau ngajaki koe nonton,"ungkapnya yang setengah terpekik kegirangan saya hubungi.

Walaupun maksud kami sama-sama menonton. Tapi sedikit berselisih maksud. Menonton yang teman saya maksudkan adalah menonton film di Bioskop malam ini juga. Tapi setidaknya konsentrasinya untuk "mengajak" saya menghubunginya merupakan bagian dari transfer pesan itu. Dus, dilain persitiwa beberapa tahun lalu. Disuatu siang yang terik saya merasa tiba-tiba gelisah. Lalu saya tergerak SMS seorang teman dan menanyakan alasan kenapa dia gelisah. "Gelisah? ngga tuh, aku ngga gelisah,"ujarnya. Ooops, oke.

Hmmm kala itu saya berpikir bahwa rasa gundah itu timbul bukan merupakan hasil kiriman darinya. Tapi tetap saja saya masih yakin dan tambah penasaran. Benarkah ia berbohong demi menutupi rasa malunya karena memikirkan saya? Disuatu kesempatan ketika kami bertemu kurang lebih tiga bulan sesudahnya, rasa penasaran saya terjawab. "Apakah ketika itu kamu gelisah dan sedang memikirkan saya?"tanya saya hati-hati. Akhirnya anggukan lemah terlihat. Sejak itulah saya merasa bahwa telepati itu nyata dan merupakan sesuatu yang bisa diolah untuk memberikan pesan-pesan kebaikan.*