Monday, July 14, 2008

God's Humour

Baru akhir-akhir ini saya berpikir dan merasa geli sendiri tentang eksistensi pilihan Allah. Bukan bermaksud menertawakan. Sama sekali bukan. Hanya saja rentetan kejadian dalam beberapa hari ini membuat saya menyadari bahwa, Tuhan, Allah, Sang Ilahi, mempunyai rasa humor yang tinggi. Rasa humor itu penting bagi saya untuk bisa melhat sisi lain dari rasa pedih yang mengiris hati. Dengan kehangatan, Allah merangkul saya sembari mengusap-usap punggung untuk meredakan tangisan.

Hari jum'at lalu, sesiangan itu saya merasa sedih dan ditinggalkan. Sepertinya waktu beberapa menit saja mampu membuat rasa percaya diri mengalami degradasi. Namun, malam harinya ketika sampai di kos, saya mendapati bahwa Waipo kedatangan cucu tersayangnya dari Ponorogo, Singgih namanya.

"Waipo, siapa itu ya di kamar?" ucap saya setelah mendengar ada suara anak kecil berceloteh.
"Cucu Aku, mbak,"balas Waipo dari dalam kamar-nya. Singgih akan mengakhiri liburan sekolahnya di Jakarta. Sebelumnya, ia sudah berlibur di Bandung. Hari Senin ini, cucu pertama Waipo itu akan berangkat pulang kembali ke Ponorogo. Singgih anak yang lucu dan sangat menampilkan kepolosannya. Tahun ajaran ini ia masuk kelas 1 SD.

"Oalah, mbak, nek kumpul karo adine, Farida, wis lah, engker-engkeran (berantem),"ucap Waipo bersemangat tapi juga rada kesal.

"Kui Farida mosok to, mbah, nyoret-nyoreti buku. yo tak seneni wae,"ucap Singgih tanpa merasa bersalah. Mendengar itu, mau ga mau saya hanya bisa tersenyum lebar. Sumpah, saya kangennn banget sama celotehan anak kecil berbahasa Jawa. Kalau orang dewasa berbahasa Jawa di Jakarta, sudah biasa. Tapi anak kecil??? Jarang ditemukan orang tua di Jakarta yang menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari pada anaknya.

Saat melihat Singgih dan mendengar ucapannya yang polos, membuat rumah kos itu hangat. Tapi...melihatnya...seperti saya pernah mengenalinya...dan seperti ia mirip dengan... hmm, dengan siapa ya.. Saya kok lupa.

Singkat cerita, hari Minggu saya mengajak Singgih pergi ke Kebun Binatang Ragunan. Saya sendiri juga penasaran dengan Pusat Primata Schmutzer yang didirikan oleh seorang warga Indonesia keturunan Jerman. Pusat primata itu berada di dalam kebun binatang Ragunan. Pengelolaannya tidak bersatu dengan pemerintah. Ia dikelola oleh swasta dan khusus menyajikan binatang primata seperti monyet, orang utan, serta babon dengan berbagai jenis. Pastinya seru.

Itulah yang saya pernah sebut sebagai humor tingkat tinggi Allah. Dia tidak pernah tidur. Dia paling tahu obat pelipur lara hamba-Nya. Dia juga yang paling bisa "mengajak" pikiran kita untuk kembali riang. "Riri, Allah itu ga pernah tidur. Percaya deh, Ri, semuanya pasti ada hikmah-nya,"ucap Mbak Tutut pada suatu ketika.

Saya pernah ingat ada ucapan: Jika Allah menjauhkan dan bahkan mengambil sesuatu atau seseorang dari kita, maka Dia kan menggantinya dengan sesuatu atau seseorang yang jauh lebih baik.
Terimakasih untuk semuanya, ya Allah.

No comments: